Total Tayangan Halaman

Jumat, 17 Februari 2012

Jenis - Jenis Majas


Jenis-jenis Majas
Majas perbandingan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas perbandingan
1.    Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
Contoh:Perjalanan hidup manusia seperti sungai yang mengalir menyusuri tebing-tebing, yang kadang-kadang sulit ditebak kedalamannya, yang rela menerima segala sampah, dan yang pada akhirnya berhenti ketika bertemu dengan laut.
1.    Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
Contoh: Sudah dua hari ia tidak terlihat batang hidungnya.
1.    Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya,bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
2.    Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. contoh: Waspadalah terhadap lintah darat
3.    Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
4.    Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
5.    Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
6.    Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
7.    Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
8.    Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
9.    Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
10.  Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
11.  Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
12.  Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
13.  Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
14.  Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
15.  Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
16.  Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
17.  Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
18.  Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
19.  Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
20.  Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
21.  Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
22.  Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.
Majas sindiran
!Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas sindiran
1.    Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.seperti
2.    Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
3.    Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4.    Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5.    Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas penegasan
1.    Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2.    Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3.    Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4.    Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5.    Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6.    Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7.    Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8.    Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
9.    Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10.  Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
11.  Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
12.  Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13.  Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14.  Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15.  Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16.  Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17.  Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18.  Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19.  Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20.  Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21.  Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22.  Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23.  Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24.  Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25.  Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majas pertentangan
1.    Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2.    Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
3.    Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
4.    Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
5.    Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Sumber: http://wikipedia.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar